- Aliran pencak silat Cimande cukup fenomenal di Jawa Barat. Silat ini tumbuh dan berkembang di Kampung Cimande, Tarikolot RT 10 RW 3, Caringin, Kabupaten Bogor.
Silat Cimande, tidak hanya terkenal di dalam negeri, tapi juga tersohor hingga ke mancanegara. Pasalnya, silat Cimande telah menelurkan perguruan-perguruan pencak silat, hingga kemudian dia disebut aliran ini sebagai ibunya pencak silat.
Menurut sesepuh Kampung Cimande Tarikolot, Raden Haji Ujang Aden, aliran pencak silat Cimande sudah turun temurun dari leluhur mereka sejak berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun. Kata Haji Ujang, ada satu tokoh yang cukup terkenal ketika berbicara pencak silat Cimande, yakni Abah Khaer (ada yang menyebut Kaher, Kahir, Kair, Kaer).
"Menurut cerita almarhum bapak, kakek dan buyut, Abah Khaer ini orang yang alim dan mahir pencak silat," ujar Haji Ujang saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Minggu (25/8).
Diakui Haji Ujang, banyak versi mengenai cerita Abah Khaer. Pasalnya, orang-orang dulu yang alim dan sakti seperti Abah Khaer enggan diceritakan lebih jauh soal sosoknya.
"Karena rendah hati dan tawaduknya, sebenarnya tidak boleh cerita-cerita. Karena semuanya untuk siar dan dakwah agama Islam," jelasnya.
Salah satu versi menyebutkan, Abah Khaer adalah seorang pedagang dan menetap di Cimande. Abah Khaer sering melakukan perjalanan dari Bogor, Bandung, Subang, Sumedang, Batavia (sekarang Jakarta) dan kota-kota lainnya. Kala itu, kota-kota tersebut masih hutan belantara dan banyak sekali binatang buas seperti harimau.
Suatu hari, saat pulang berdagang, Abah Khaer tidak menemukan istrinya di rumah. Padahal saat itu dia lapar tapi tak hidangan makanan yang tersaji.
Istrinya baru tiba menjelang malam. Karena emosi, Abah Khaer memukul istrinya, tapi hebatnya sang isteri berhasil mengelak.
Usut punya usut, sang istri mengaku belajar jurus-jurus menghindar dari segerombol monyet yang berkelahi dengan harimau sewaktu dirinya berada di sungai. Harimau atau macan itu tadi bertarung dengan monyet yang membawa senjata berupa ranting kayu untuk memukul macan.
Kagum pada jurus itu, agar tak lupa Abah Khaer meminta diajarkan gerakan yang sama ke istrinya. Karena butuh waktu untuk menghapalkan jurus-jurus itu, Abah Khaer memutuskan berhenti berdagang untuk berlatih jurus gerakan perkelahian macan dan monyet.
"Istilah jurus pamacan (macan), jurus papedangan, kelid Cimande, tonjok bareng, dan jurus lainnya, itu mungkin dari perkelahian monyet dan macan yang dipelajari oleh Abah Khaer. Kita sebenarnya nggak boleh menceritakan. Itu pesan leluhur-leluhur karena menjaga sikap rendah hati dan tak mau pamer, biar Yang Maha Kuasa yang tahu," jelas Nci, salah satu anak Haji Ujang.
Jurus Pamacan inilah yang cukup terkenal di Silat Cimande. Kekuatan jurus ini berkutat pad kedua kaki saat pasang kuda-kuda. Kaki melebar dan sedikit jongkok.
Sedangkan posisi tangan, masing-masing terbuka seperti mulut macan yang lagi mengaung. Jika musuh atau lawan datang, tangan digoyang ke kanan dan kiri untuk melayangkan pukulan.
Untuk gerakan kaki sendiri selaras dengan ayunan tangan. Namun, kekuatan tetap bertumpu pada kaki-kaki yang mana suatu saat melakukan tendangan.
"Ada yang model guling-guling seperti macan," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah berkomentar