penghitung pengunjung

Minggu, 24 Juli 2016

Kajian Sejarah dan Falsafah Silek Minangkabau topak.petok

Kajian Sejarah dan Falsafah Silek Minangkabau



Silat Minangkabau atau lebih dikenal dengan “Silek Minang” adalah salah satu kebudayaan khas yang diwariskan oleh nenek moyang Minangkabau sejak mendiami bumi minangkabau pada zaman dahulu.
Kajian sejarah silek memang rumit karena diterima dari mulut ke mulut, pernah seorang guru diwawancarai bahwa dia sama sekali tidak tahu siapa kakek gurunya. Bukti tertulis kebanyakan tidak ada. Seorang Tuo Silek (Guru Silat) dari Pauah, Kota Padang, cuma mengatakan bahwa dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi (Delman) dari Limau Kapeh , Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Seorang guru silek dari Sijunjung, Sumatera Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan berasal dari Lintau. Ada lagi Tuo Silek yang dikenal dengan nama Angku Budua mengatakan bahwa silat ini beliau peroleh dari Koto Anau, Kabupaten Solok. Daerah Koto Anau, Pesisir Selatan, Pauah (Pauh) atau Lintau pada masa lalunya adalah daerah penting di wilayah Minangkabau. Daerah Solok misalnya adalah daerah pertahanan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat, sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan musuh dari laut. Tidak terlalu banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji atau silsilah guru-guru mereka secara lengkap.
Kita akan mencoba menelusuri jejak – jejak sejarah silat minangkabau dari Tambo Alam Minangkabau (Buku Sejarah Minangkabau) yang penuh berisikan kiasan berupa petatah, petitih ataupun mamang adat, dan menurut Tambo Alam Minangkabau ternyata Silat Minang dikembangkan oleh salah seorang penasehat Sultan Sri Maharaja Diraja yang bernama “Datuk Suri Diraja”, biasa dipanggil dengan nama “Ninik Datuk Suri Diraja” oleh orang - orang minang saat ini.
Sultan Sri Maharaja Diraja, adalah seorang raja di Kerajaan Pariangan  . di sebuah nagari yang pertama dibangun di kaki gunung merapi bagian Tenggara pada abad XII ( tahun 1119 M ). dan Ninik Datuk Suri Diraja , adalah orang tua yang banyak dan dalam ilmunya di berbagai bidang kehidupan sosial. Beliau dikatakan juga sebagai seorang ahli filsafat dan negarawan kerajaan di masa itu, serta pertama kalinya membangun dasar-dasar adat Minangkabau; yang kemudian disempurnakan oleh Datuk Nan Baduo, yang dikenal dengan gelar Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang.
Ninik Datuk Suri Diraja itulah yang menciptakan bermacam-macam kesenian dan alat-alatnya, seperti pencak, tari-tarian yang diangkatkan dari gerak-gerak silat serta membuat talempong, gong, gendang, serunai, harbah, kecapi, dll ( I.Dt.Sangguno Dirajo, 1919:18)
Sebagai catatan disini, mengenai kebenaran isi Tambo yang dikatakan orang mengandung 2% fakta dan 98 % mitologi hendaklah diikuti juga uraian Drs.MID.Jamal dalam bukunya : “Menyigi Tambo Alam Minangkabau” (Studi perbandingan sejarah) halaman 10.
Ninik Datuk Suri Diraja (dialek: Niniek Datuek Suri Dirajo) sebagai salah seorang Cendekiawan yang dikatakan “lubuk akal, lautan budi” , tempat orang berguru dan bertanya di masa itu; bahkan juga guru dari Sultan Sri Maharaja Diraja. (I.Dt. Sangguno Durajo, 1919:22).
Beliau itu jugalah yang menciptakan bermacam-macam cara berpakaian, seperti bermanik pada leher dan gelang pada kaki dan tangan serta berhias, bergombak satu,empat, dsb.
Ninik Datuk Suri Dirajo (1097-1198) itupun, sebagai kakak ipar (“Mamak Rumah”) dari Sultan Sri Maharaja Diraja ( 1101-1149 ), karena adik beliau menjadi isteri pertama (Parama-Iswari) dari Raja Minangkabau tsb. Oleh karena itu pula beliau adalah “Mamak kandung” dari Datuk Nan Baduo.
Pengawal-pengawal Sultan Sri Maharaja Diraja yang bernama Kucieng Siam, Harimau Campo, Kambieng Utan, dan Anjieng Mualim menerima warisan ilmu silat sebahagian besarnya dari Ninik Datuk Dirajo; meskipun kepandaian silat pusaka yang mereka miliki dari negeri asal masing-masing sudah ada juga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keempat pengawal kerajaan itu pada mulanya berasal dari berbagai kawasan yang berada di sekitar Tanah Basa ( Tanah Asal) , yaitu di sekitar lembah Hindustan dahulunya.
Mereka merupakan keturunan dari pengawal-pengawal nenek moyang yang mula-mula sekali menjejakkan kaki di kaki gunung Merapi. Nenek moyang yang pertama itu bernama “Dapunta Hyang”. ( Mid.Jamal, 1984:35).
Kucieng Siam, seorang pengawal yang berasal dari kawasan Kucin-Cina (Siam), Harimau Campo, seorang pengawal yang gagah perkasa, terambil dari kawasan Campa , Kambieng Utan , seorang pengawal yang berasal dari kawasan Kamboja, dan Anjieng Mualim, seorang pengawal yang datang dari Persia/Gujarat.
Sehubungan dengan itu, kedudukan atau jabatan pengawalan sudah ada sejak nenek moyang suku Minangkabau bermukim di daerah sekitar gunung Merapi di zaman purba; sekurang-kurangnya dalam abad pertama setelah timbulnya kerajaan Melayu di Sumatera Barat.
Pemberitaan tentang kehadiran nenek moyang (Dapunta Hyang) dimaksud telah dipublikasikan dalam prasasti “Kedudukan Bukit” tahun 683 M, yang dikaitkan dengan keberangkatan Dapunta Hyang dengan balatentaranya dari gunung Merapi melalui Muara Kampar atau Minang Tamwan ke Pulau Punjung / Sungai Dareh untuk mendirikan sebuah kerajaan yang memenuhi niat perjalanan suci. Dengan maksud untuk menyebarkan agama Budha. Di dalam perjalanan suci yang ditulis/ dikatakan dalam bahasa Melayu Kuno pada prasasti tsb dengan perkataan : ” Manalap Sidhayatra” (Bakar Hatta,1983:20), terkandung juga niat memenuhi persyaratan mendirikan kerajaan dengan memperhitungkan faktor-faktor strategi militer, politik dan ekonomi. Kedudukan kerajaan itupun tidak bertentangan dengan kehendak kepercayaan/agama, karena di tepi Batanghari ditemukan sebuah tempat yang memenuhi persyaratan pula untuk memuja atau mengadakan persembahan kepada para dewata. Tempat itu, sebuah pulau yang dialiri sungai besar, yang merupakan  pertemuan dua sungai yang dapat pula dinamakan “Minanga Tamwan” atau “Minanga Kabwa”.
Akhirnya pulau tempat bersemayam Dapunta Hyang yang menghadap ke Gunung Merapi (pengganti Mahameru yaitu Himalaya) itu dinamakan Pulau Punjung (asal kata: pujeu artinya puja). Sedangkan kerajaan yang didirikan itu disebut dengan kerajaan Minanga Kabwa dibaca: Minangkabaw.
Asal usul Silat Minangkabau
Minangkabau secara resmi sebagai sebuah kerajaan pertama dinyatakan terbentuknya dan berkedudukan di Pariangan, yakni di lereng Tenggara gunung Merapi.
Di Pariangan itulah dibentuk dan berkembangnya kepribadian suku Minangkabau. Pada hakikatnya kebudayaan Minangkabau bertumbuhnya di Pariangan; bukan di Pulau Punjung dan bukan pula di daerah sekitar sungai Kampar Kiri dan Kampar kanan.
Bila orang mengatakan Tambo Minangkabau itu isinya dongeng itu adalah hak mereka, meski kita tidak sependapat. Suatu dongeng, merupakan cerita-cerita kosong. akan tetapi jika dikatakan Tambo Minangkabau itu Mitologis, hal itu sangat beralasan, karena masih berada dalam lingkungan ilmu, yaitu terdapatnya kata “Logy”. Hanya saja pembuktian mitology berdasarkan keyakinan, yang dapat dipahami oleh mereka yang ahli pula dalam bidang ilmu tersebut. Ilmu tentang mitos memang dewasa ini sudah ditinggalkan, karena banyak obyeknya bukan material; melainkan “Spritual atau kebatinan”. walaupun demikian, setiap orang tentu mempunyai alat ukur dan penilai suatu “kebenaran” , sesuai dengan keyakinan masing-masing. Apakah sesuatu yang dimilikinya ditetapkan secara obyektif, misalnya ilmu sejarah dengan segala benda-benda sebagai bukti yang obyektif dan benar; sudah barang tentu pula mitologi juga mempunyai bukti-bukti yang obyektif bagi yang mampu melihatnya. Bukti-bukti sejarah dapat diamati oleh mata lahir, sedangkan mitologi dapat diawasi oleh mata batin. Contoh: Pelangi dapat dilihat oleh mata lahir, sedangkan sinar aureel hanya bisa dilihat oleh mata batin. demikian juga bakteri yang sekecil-kecilnya dapat dilihat oleh mata lahir melalui mikroskop, akan tetapi “teluh” tidak dapat dilihat sekalipun dengan mikroskop; hanya dapat dilihat oleh mata batin melalui “makrifat”.
Karenanya mengukur dan menilai Tambo tidak akan pernah ditimbang dengan ilmu sejarah dan tak akan pula pernah tercapai. Justeru karena itu mengukur Tambo dan sekaligus menilainya hanya dengan alat yang tersendiri pula, yaitu dengan keyakinan yang berdasarkan kenyataan yang tidak dapat didustakan oleh setiap pendukung kebudayaan Minangkabau.
Dalam hubungan ini diyakini, bahwa para pengawal kerajaan sebagaimana halnya raja itu sendiri, yang kehadirannya sebagai keturunan dari keluarga istana kerajaan Minangkabau di Pulau Punjung/Sungai Dareh. Kedatangan mereka ke Pariangan setelah kerajaan itu mengalami perpecahan, yaitu terjadinya revolusi istana dengan terbunuhnya nenek moyang mereka, bernama Raja Indrawarman tahun 730 M, karena campur tangan politik Cina T`ang yang menganut agama Budha. Raja Indrawarman yang menggantikan ayahanda Sri Maharaja Lokita Warman (718 M) “sudah menganut agama Islam”. Dan hal itu menyebabkan Cina T`ang merasa dirugikan oleh “hubungan Raja Minangkabau dengan Bani Umayyah” (MID.Jamal, 1984:60-61). Karena itu keturunan para pengawal kerajaan Minangkabau dari Pariangan tidak lagi secara murni mewarisi silat yang terbawa dari sumber asal semula, akan tetapi merupakan kepandaian pusaka turun temurun. Ilmu silat itu sudah mengalami adaptasi mutlak dengan lingkungan alam Minangkabau. Apalagi sebahagian besar pengaruh ajaran Ninik Datuk Suri Diraja yang mengajarkan silat kepada keturunan para pengawal tersebut mengakibatkan timbulnya perpaduan antara silat-silat pusaka yang mereka terima dari nenek moyang masing-masing dengan ilmu silat ciptaan Ninik Datuk Suri Dirajo. Dengan perkataan lain, meskipun setiap pengawal , misalnya “Kucieng Siam” memiliki ilmu silat Siam yang diterima sebagai warisan, setelah kemudian mempelajari ilmu silat Ninik Datuk Suri Diraja. maka akhirnya ilmu silat Kucieng Siam berbentuk paduan atau merupakan hasil pengolahan silat, yang bentuknya pun jadi baru. Begitu pula bagi diri pengawal-pengawal lain; semuanya merupakan hasil ajaran Ninik Datuk Suri Diraja.
Ninik Datuk Suri Diraja telah memformulasi dan menyeragamkan ilmu silat yang berisikan sistem, metode dll bagi silat Minang, yaitu ” Langkah Tigo ” , ” Langkah Ampek ” , dan ” Langkah Sembilan “. Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu silat yang berbentuk lahiriyah saja, melainkan ilmu silat yang bersifat batiniyah pun diturunkan kepada murid-murid, agar mutu silat mempunyai bobot yang dikehendaki dan tambahan lagi setiap pengawal akan menjadi seorang yang sakti mendraguna, dan berwibawa.
Dalam Tambo dinyatakan juga, bahwa Ninik Datuk Suridiraja memiliki juga “kepandaian batiniyah yang disebut Gayueng”. (I.Dt Sangguno Dirajo, 1919:22)
1. Gayueng Lahir , yaitu suatu ilmu silat untuk dipakai menyerang lawan dengan menggunakan empu jari kaki dengan tiga macam sasaran :
a. Di sekitar leher, yaitu jakun/halkum dan tenggorokan.
b. Di sekitar lipatan perut, yaitu hulu hati dan pusar.
c. Di sekitar selangkang, yaitu kemaluan
Ketiga sasaran empuk itu dinamakan sasaran ” Sajangka dua jari ” .
2. Gayueng angin, yakni menyerang lawan dengan menggunakan tenaga batin melalui cara bersalaman, jentikan atau senggolan telunjuk. sasarannya ialah jeroan yang terdiri atas rangkai jantung, rangkai hati, dan rangkai limpa.
Ilmu Gayueng yang dimiliki Ninik Datuk Suri Diraja yang disebut “Gayueng” dalam Tambo itu ialah Gayueng jenis yang kedua, yaitu gayueng angin. Kepandaian silat dengan gayueng angin itu tanpa menggunakan peralatan. Jika penggunaan tenaga batin itu dengan memakai peralatan, maka ada bermacam jenisnya, yaitu :
1. Juhueng, yang di Jawa disebut sebagai Teluh, dengan alat2 semacam paku dan jarum, pisau kecil dll.
2. Parmayo, benda2 pipih dari besi yang mudah dilayangkan.
3. Sewai, sejenis boneka yang ditikam berulangkali
4. Tinggam, seperti Sewai juga, tetapi alat tikamnya dibenamkan pada boneka
Kepandaian Silat menggunakan tenaga batin yang sudah disebutkan diatas, sampai sekarang masih disimpan oleh kalangan pesilat; terutama pesilat-pesilat tua. Ilmu tersebut disebut sebagai istilah ” PANARUHAN ” atau simpanan. Karena ilmu silat sebagai ilmu beladiri dan seni adalah ciptaan Ninik Datuk Suri Diraja, maka bila dipelajari harus menurut tata cara adat yang berlaku di medan persilatan. tata cara adat yang berlaku itu disebutkan dalam pepatah Minang : ” Syarat-syarat yang dipaturun-panaikan manuruik alue jo patuik” diberikan kepada Sang Guru.
PENYEBARAN SILAT MINANGKABAU
Dimasa itu terkenal empat angkatan barisan pertahanan dan keamanan di bawah pimpinan Kucieng Siam, Harimau Campo, Kambieng Hutan, dan Anjieng Mualim; ke empatnya merupakan murid-murid Ninik Datuk Suri Dirajo.
Sewaktu Datuk Nan Batigo membentuk Luhak Nan Tigo (1186 M ) dan membuka tanah Rantau (mula-mula didirikan Kerajaan Sungai Pagu 1245 M, ketika itu Raja Alam Pagaruyung, ialah Rum Pitualo, cicit dari Putri Jamilah atau kemenakan cicit dari Datuk Ketumanggungan), maka para pemimpin rombongan yang pindah membawa penduduk, adalah anggota pilihan dari barisan pertahanan dan keamanan kerajaan.
1. Untuk rombongan ke Luhak Tanah Datar, pimpinan rombongan ialah anggota barisan Kucieng Siam.
2. Untuk rombongan ke Luhak Agam, dipimpin oleh barisan Harimau Campo.
3. Untuk rombongan ke Luhak Limapuluh-Payakumbuh, dipimpin oleh anggota barisan Kambieng Hutan.
4. Untuk rombongan ke Tanah Rantau dan Pesisir dipimpin oleh anggota barisan Anjieng Mualim.
Setiap angkatan/barisan atau pasukan telah memiliki ilmu silat yang dibawa dari Pariangan. Dengan ilmu silat yang dimiliki masing-masing angkatan, ditentukan fungsi dan tugas-tugasnya, pemberian dan penentuan fungsi/tugas oleh Sultan Sri Maharaja Diraja berdasarkan ketentuan yang telah diwariskan oleh nenek moyang di masa mendatangi Swarna Dwipa ini dahulunya.
Fungsi dan tugas yang dipikul masing-masing rombongan itu diperjelas sbb:
1.  Barisan pengawal kerajaan , Anjieng Mualim berfungsi sebagai penjaga keamanan
2. Barisan Perusak, Kambieng Hutan berfungsi sebagai destroyer atau zeni
3. Barisan Pemburu, Harimau Campo berfungsi sebagai Jaguar atau pemburu
4. Barisan Penyelamat, Kucieng Siam berfungsi sebagai anti huru-hara.
1. Aliran Silat Kucieng Siam:
Sekarang nama Kucieng Siam menjadi lambang daerah Luhak Tanah Datar….
Bentuk dan sifat silat negeri asal Kucin Cina-Siam :
peranan kaki (tendangan) menjadi ciri khasnya. Tangan berfungsi megalihkan perhatian lawan serta memperlemah daya tahan lawan.
2. Aliran Silat Harimau Campo:
Lambang Harimau Campo diberikan kepada Luhak Agam.
Bentuk dan sifat gerakannya:
ialah menyerupai seperti sifat harimau, keras, menyerang tanpa kesabaran alias langsung menerkam. mengandalkan kekuatannya pada tangan.
3. Aliran silat Kambieng Hutan :
Luhak Limapuluh-Payokumbuh mendapatkan lambang tersebut.
Bentuk dan sifat gerakannya:
banyak menampilkan gerak tipu, selain menggunakan tangan juga disertai dengan sundulan/dorongan menggunakan kepala dan kepitan kaki.
4. Aliran Silat Anjieng Mualim :
Diberikan kepada Tanah Rantau-Pesisir adalah daerah-daerah di sekitar lembah-lembah sungai dan anak sungai dari pegunungan Bukit Barisan.
Bentuk dan sifat gerakannya:
a.     Bentuk penyerangan dengan membuat lingkaran
b.     Bentuk pertahanan dengan tetap berada dalam lingkaran.
bentuk-bentuk gerakan ini menimbulkan gerak-gerak yang menjurus kepada empat  penjuru angin, sehingga dinamakan jurus atau “langkah Empat”.
dari sinilah permulaan Langkah Ampek dibentuk oleh Ninik Datuk Suri Diraja.
Jadi silat Minang mempunyai dua macam persilatan yang menjadi inti yang khas:
Langkah Tigo ( Kucieng Siam ) dan Langkah Ampek ( Anjieng Mualim ). kemudian selanjutnya langkah tersebut berkembang menjadi Langkah Sembilan.
Langkah Sembilan selanjutnya tidak lagi disebut sebagai Silat, namun sudah berubah dengan nama Pencak (Mancak).
SILAT LANGKAH TIGO
Silat Langkah Tigo ( langkah tiga ) pada asalnya milik Kucieng Siam, Harimau Campo, dan Kambieng Hutan; yang secara geografis berasal dari daratan Asia Tenggara. Akan tetapi setelah berada di Minangkabau disesuaikan dengan kepribadian yang diwarnai pandangan hidup, yaitu agama Islam.
Di masa itu agama Islam belum lagi secara murni di amalkan, karena pengaruh kepercayaan lama dan pelbagai filsafat yang dianut belum terkikis habis dalam diri mereka.
Namun dalam ilmu silat pusaka yang berbentuk Langkah Tigo dan juga dinamakan Silek Tuo, mulai disempurnakan dengan mengisikan pengkajian faham dari berbagai aliran Islam.
Memperturunkan ilmu silat tidak boleh sembarangan. Faham Al Hulul / Wihdatul Wujud memegang peranan, terutama dalam pengisian kebatinan ( silat batin ). Tarekat ( metode ) pendidikan Al Hallaj yang diwarnai unsur-unsur filsafat pythagoras yang bersifat mistik menjadi pegangan bagi guru-guru silat untuk tidak mau menurunkan ilmu silat kepada sembarangan orang.
Angka 3 sebagai “hakikat” menjadi rahasia dan harus disimpan. Untuk menjamin kerahasiaannya, maka ilmu silat tidak pernah dibukukan. Dalam pengalaman dan penelitian yang dilakukan kenyataan menunjukkan, bahwa amanat ” suatu pengkajian yang bersifat rahasia ” itu sampai kini masih berlaku bagi orang tua-tua Minangkabau.
kalau sekarang, rahasia itu dinyatakan dalam berbagai dalih, misalnya :
a. akan menimbulkan pertentangan nantinya dengan ajaran yang dianut oleh masyarakat awam.
b. akan mendatangkan bahaya sebagai akibat ” Tasaluek dek kaji ” , seperti: gila.
c. dan sebagainya.
Langkah Tigo dalam silat Minang, didalamnya terdapat gerak-gerak yang sempurna untuk menghadapi segala kemungkinan yang dilakukan lawan. Perhitungan angka tiga disejalankan dengan wirid dan latihan, inipun tidak semua orang dapat memahami dan mengamalkannya karena mistik.
Kaifiat atau pelaksanaannya dilakukan secara konsentrasi sewaktu membuat langkah tigo. setiap langkah ditekankan pada ” Alif, Dal, Mim “
Tagak Alif, Pitunggue Adam, Langkah Muhammad
Tegak Allah, Kuda-kuda bagi Adam, Kelit dari Muhammad, Tangkapan oleh Ali, dan tendangan beserta Malaikat. ( sandi kunci bergerak ).
SILAT LANGKAH AMPEK
Pembentukan Silat Langkah Ampek oleh Ninik Datuk Suri Diraja di Pariangan serentak dengan Silat Langkah Tigo. Silat Langkah Ampek, berasal dari gerak-gerak silat Anjieng Mualim dan pengawasannya turun temurun juga diserahkan pada Harimau Campo, yang dapat menjelma bila disalahi membawakannya. Oleh karena si penciptanya telah menyeragamkan bentuk dan metode serta pengisiannya. maka silat Langkah Ampek pun dimulai dengan Tagak Alif. Perbedaannya terletak pada perhitungan angka yaitu 4, sebagai angka istimewa (ingat mistik Pythagoras). Walaupun bersifat mistik dan sukar dipahami bagi awam, namun bagi Pesilat sangat diyakini kebenarannya. Sewaktu membuka Langkah Ampek dilakukan konsentrasi pada Alif, Lam, Lam, Hu.
SILAT LANGKAH SEMBILAN
Perhitungan langkah dalam Silat Minang yang terakhir adalah sembilan. Dari mana datangnya angka sembilan. Dalam pengkajian silat dinyatakan sebagai berikut: Langkah 3 + Langkah 4 = langkah 7. Itu baru perhitungan batang atau tonggaknya. Penambahan 2 langkah adalah :
•    Tagak Alif gantung dengan penekanan pada ” Illa Hu ” ini diartikan satu langkah.
•    Mim Tasydid dalam kesatuan Allah dan Muhammad, gerak batin yang menentukan, berarti satu langkah.
Menurut faham Al Hulul bahwa apabila yang Hakikat menyatakan dirinya atau memancarkan sinarnya dalam realitasNya yang penuh; itulah keindahan.
Pesilat itu adalah seniman dan seorang seniman adalah orang yang tajam dan tilik pandangannya, yang dapat melihat keindahan Ilahi dalam dirinya. (Gazalba,IV/1973:527)
Silat Langkah sembilan biasanya dibawakan sebagai “Pencak” (Minangkabau: Mancak), artinya : Menari. Dalam kata majemuk “Pencak-Silat” dimaksudkan “Tari Silat”.
Langkah Sembilan memperlihatkan pengembangan gerak-gerak ritmis, dengan tidak meninggalkan unsur-unsur gerak silat.
Penyebaran Silek
Sifat perantau dari masyarakat Minangkabau telah membuat silek Minangkabau sekarang tersebar kemana-mana di seluruh dunia. Pada masa dahulunya, para perantau ini memiliki bekal beladiri yang cukup dan kemanapun mereka pergi mereka juga sering membuka sasaran silat (peguruan silat) di daerah rantau dan mengajarkan penduduk setempat beladiri milik mereka. Mereka biasanya melebur dengan penduduk sekitar karena ada semacam pepatah di Minangkabau yang mengharuskan mereka berbaur dengan masyarakat di mana mereka tinggal. Bunyi pepatah itu adalah dima bumi dipijak di situ langik dijunjuang, dima rantiang dipatah di situ aia disauak (Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, dimana rantiang dipatah di situ air disauk). Pepatah ini mengharuskan perantau Minang untuk menghargai budaya lokal sehingga membuka peluang silat Minangkabau di perantauan mengalami modifikasi akibat pengaruh dari beladiri masyarakat setempat dan terbentuklah genre atau aliran baru yang bisa dikatakan khas untuk daerah tersebut. Silek Minangkabau juga menyebar karena diajarkan kepada pendatang yang dahulunya berdiam di Ranah Minang. Jadi dapat dikatakan bahwa silek itu menyebar ke luar wilayah Minangkabau karena sifat perantau dari masyarakat Minangkabau itu sendiri dan karena diajarkan kepada pendatang.
Penyebaran dan pengaruh silek di dalam negeri
Silek yang menyebar ke daerah rantau (luar kawasan Minangkabau) ada yang masih mempertahankan format aslinya ada yang telah menyatu dengan aliran silat lain di kawasan Nusantara. Beberapa peguruan silat menyatukan unsur-unsur silat di Nusantara, dan Silek Minang masuk ke dalam jenis silat yang memengaruhi gerakan silat mereka. Beberapa contoh yang dapat diberikan adalah:
•    Silek 21 Hari : Silat ini berkembang di wilayah perbatasan antara Pasaman dan Propinsi Riau, silat ini jarang diungkapkan di dalam kajian Silek Minangkabau jadi keterangan tentang silat ini masih terbatas dan dalam penelitian. Silat ini lebih menekankan aspek spiritual dan berasal dari kalangan pengamal tarekat di Minangkabau. Saat ini masih ada keturunan Pagaruyung Minangkabau yang mengajarkan silat ini di beberapa kawasan di Propinsi Riau, seperti di Rokan Hulu (Kuntu Darussalam), Mandau Duri, Rokan Hilir, dan Perawang. Silat ini tergolong jenis yang ditakuti di daerah tersebut dan juga berkembang sampai ke Malaysia.
•     Silat Sabandar dari Tanah Sunda dikembangkan oleh perantau Minangkabau yang bernama Mohammad Kosim di Kampung Sabandar, Jawa Barat. Silek ini disegani di Tanah Sunda. Seiring dengan perkembangan dan pembauran dengan tradisi silat di Tanah Sunda, silat ini telah mengalami variasi sehingga bentuknya menjadi khas untuk daerah tersebut.
•    Silat Pangian di Kuantan Singgigi, Propinsi Riau, terdiri dari Silek Pangian Jantan dan Silek Pangian Batino. Silek Pangian ini asalnya dari daerah Pangian, Lintau, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Silek ini adalah silek yang legendaris dan disegani dari wilayah Kuantan. Di Kuantan tentu saja silek ini telah mengalami perkembangan dan menjadi ciri khas dari tradisi wilayah tersebut. Awalnya pendiri dari silek ini adalah petinggi dari kerajaan Minangkabau yang pergi ke daerah Kuantan.
•    Perguruan Silat Setia Hati, adalah peguruan besar dari Tanah Jawa. Pada masa dahulunya, Pendiri dari Peguruan ini, Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo banyak belajar dari silek Minangkabau disamping belajar dari berbagai aliran dari silat di Tanah Sunda, Betawi, Aceh dan kawasan lain di Nusantara. Silek Minangkabau telah menjadi unsur penting dalam jurus-jurus Peguruan Setia Hati. Setidaknya hampir semua aliran silek penting di Minangkabau telah beliau pelajari selama di Sumatera Barat pada tahun 1894-1898. Beliau adalah tokoh yang menghargai sumber keilmuannya, sehingga beliau memberi nama setiap jurus yang diajarkannya dengan sumber asal gerakan itu. Beliau memiliki watak pendekar yang mulia dan menghargai guru.
•    Silat Perisai Diri, yang didirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo atau dikenal dengan Pak Dirdjo, memiliki beberapa unsur Minangkabau di dalam gerakannya. Silat Perisai Diri memiliki karakter silat tersendiri yang merupakan hasil kreativitas gemilang dari pendirinya. Perisai Diri termasuk peguruan silat terbesar di Indonesia dengan cabang di berbagai negara.
•     Satria Muda Indonesia, yang pada awalnya berasal dari Peguruan Silat Baringan Sakti yang mengajarkan silek Minangkabau, kemudian berkembang dengan menarik berbagai aliran-aliran silat di Indonesia ke dalam peguruannya.
•    Silat Baginda di Sulawesi Utara adalah silat yang berasal dari pengawal Tuanku Iman Bonjol yang bernama Bagindo Tan Labiah (Tan Lobe) yang dibuang ke Manado pada tahun 1840. Tan Labiah meninggal dunia pada tahun 1888.
Penyebaran silek di luar negeri
•    Singapura : Posisi Singapura atau dahulu disebut Tumasik yang strategis membuat wilayah ini dikunjungi oleh berbagai bangsa semenjak dahulu kala. Silek Minangkabau telah menyebar ke sana pada tahun 1160 dengan ditandainya gelombang migrasi bangsa Melayu dari Minangkabau.
•    Malaysia: Penyebaran Silek Minangkabau di Negeri Malaysia terjadi terutama akibat migrasi penduduk Minangkabau ke Malaka pada abad ke 16 dan juga karena adanya koloni Minangkabau di Negeri Sembilan. Silek Pangian, Sitaralak, Silek Luncur juga berkembang di negeri jiran ini. Silat Cekak, salah satu peguruan silat terbesar di Malaysia juga memiliki unsur-unsur aliran silek Minangkabau, seperti silek Luncua, Sitaralak, kuncian Kumango dan Lintau di dalam materi pelajarannya. Posisi Malaysia yang rawan dari serangan berbagai bangsa terutama bangsa Thai membuat mereka perlu merancang sistem beladiri efektif yang merupakan gabungan antara beladiri Aceh dan Minangkabau. Beberapa peguruan silat menggunakan nama Minang atau Minangkabau di dalam nama peguruannya
•    Filipina: Penyebaran Islam ke Mindanao, yang dilakukan oleh Raja Baginda, keturunan Minangkabau dari Kepulauan Sulu pada tahun 1390. Penyebaran ini mungkin akan mengakibatkan penyebaran budaya Minangkabau, termasuk silat ke wilayah Mindanao. Bukti-buktinya masih perlu dikaji lebih dalam
•    Brunei Darussalam: Penyebaran Silek ke Brunei seiring dengan perjalanan bangsawan dan penduduk Minangkabau ke Negeri Brunei. Seperti yang sudah dijelaskan pada awal tulisan ini, bahwa silek adalah bagian dari budaya Minangkabau, oleh sebab itu mereka yang pergi merantau akan membawa ilmu beladiri ini kemanapun, termasuk ke Brunei Darussalam. Kajian hubungan silek Minangkabau dan Brunei masih dibutuhkan, namun yang pasti, para pemuka kerajaan Brunei memiliki pertalian ranji dengan raja-raja di Minangkabau. Ada dugaan bahwa Awang Betatar, pendiri kerajaan Brunei (1363-1402) yang gagah berani berasal dari Minangkabau karena gelar-gelar dari saudara-saudara beliau mirip dengan gelar-gelar dari Minangkabau, namun catatan tertulis diketahui bahwa migrasi masyarakat Minangkabau berawal dari pemerintahan Sultan Nasruddin Sultan Brunei ke-15) tahun 1690-1710 yang ditandai dengan tokoh yang bernama Dato Godam (Datuk Godam) atau Raja Umar dari keturunan Bandaro Tanjung Sungayang, Pagaruyung.
•    Austria: Peguruan sileknya bernama PMG = Sentak, dikembangkan oleh Pandeka Mihar.
•    Spanyol: Peguruan sileknya bernama Harimau Minangkabau, dikembangkan oleh Guru Hanafi di kota Basque.
•    Belanda:
     o    Silek Tuo dikembangkan oleh Doeby Usman.
     o    Satria Muda, dikembang oleh Cherry dan Nick Smith pada 1971. Mereka adalah murid dari dari Guru W. Thomson.
    o    Paulu Sembilan, Silat dari Pauh Sembilan Kota Padang.
•    Hongkong: Peguruannya bernama Black Triangle Silat dikembangkan Pendekar Scott McQuaid.Pendekar Scott adalah termasuk dalam jalur waris dari guru Hanafi, sama dengan Guru de-Bordes di Ghana.
•    Amerika Serikat:
     o    Bapak Waleed adalah salah satu tokoh yang mengembangkan silek Minangkabau di USA.
     o    Baringin Sakti yang dikembangkan oleh Guru Eric Kruk.
•    Perancis: Peguruannya bernama Saudara Kaum dikembangkan oleh Haji Syofyan Nadar. Peguruan ini juga memiliki guru yang mengajarkan silat dari Tanah Sunda seperti Maenpo Cianjur (Sabandar, Cikalong dan Cikaret) dan Silat Garis Paksi.
•    Ghana, Afrika: Perguruannya bernama Harimau Minangkabau dikembangkan oleh Guru de-Bordes yang belajar ke Guru Hanafi dengan permainan silat harimau.
Proses Berguru
Jika seseorang ingin belajar silek, maka ia bisa datang sendiri atau biasanya diantar oleh teman, bapak atau mamak (saudara laki-laki dari ibu) kepada seorang guru, jika di kalangan mereka tidak ada yang bisa bermain silat dengan baik. Setelah berbasa basi, maka nanti si calon murid datang pada waktu yang ditentukan dengan membawa benda-benda tertentu yang disyaratkan oleh guru.
Syarat-syarat berguru
Syarat-syarat berguru ini bervariasi pula, namun biasanya terdiri dari pisau, kain putih, lado kutu (cabe rawit), garam, gula, penjahit, cermin, rokok, beras, dan uang. Jumlah uang biasaya tidak ditentukan. Apa yang dibawa mempunyai arti tersendiri bagi calon murid. Biasanya diterangkan pada saat prosesi penerimaan murid.
Beberapa contoh dari arti syarat-syarat yang dibawa itu adalah
• kain putiah (kain putih) : pakaian murid itu adalah pakaian yang bersih, silek ini akan menjadi pakaian bagi murid, merupakan pakaian yang bersih
• pisau : setelah latihan ini, maka si murid tidak akan dilukai oleh pisau, karena memiliki ilmu setajam pisau.
• lado kutu (cawe rawit), garam dan gulo(gula) : ilmu silat ini memakai raso (rasa), karena semakin mahir orang melakukan sesuatu biasanya mereka tidak berpikir lagi, tapi menggunakan raso (perasaan). Contoh pemasak terkenal jarang menimbang bahan-bahan yang mereka butuhkan, tapi tetap juga menghasilkan masakan yang enak dan khas, seperti itu pulalah silat nantinya pada tingkat mahir.
• bareh jo pitih (beras dan uang) : belajar akan menyita waktu guru, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi murid mempertimbangkan nilai dari waktu yang dihabiskan oleh guru. Disamping itu beras yang dibawa juga akan dimakan bersama sesama anggota sasaran silek.
•    Dll
Proses Penerimaan Murid
Ada bermacam cara dalam menerima anak sasian (murid), seperti yang sudah disebutkan di atas, si murid diminta untuk membawa bahan-bahan tertentu pada hari yang dijanjikan dan juga diminta membawa seeker ayam jantan untuk satu orang murid. Ayam ini nanti disembelih oleh guru dan kemudian darahnya dicecerkan mengelilingi sasaran. Ayam ini kemudian digulai dan dihidangkan dalam acara mandoa (doa) yang dihadiri oleh guru dan para saudara seperguruan. Untuk acara ini dipanggil pula Urang Siak (sebutan untuk orang ahli agama) untuk mendoakan si murid agar mendapatkan kebaikan selama mengikuti latihan. Biasanya di dalam ritual penerimaan seorang murid, si murid ini diambil sumpahnya untuk patuh kepada guru dan tidak menggunakan ilmu yang mereka dapatkan ini untuk berbuat kebenaran. Bahkan bunyi sumpah itu keras sekali. Inilah potongan bunyi sumpah itu : kaateh indak bapucuak, kabawah indak baurek, ditangah digirik kumbang (ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat dan ditengah dimakan kumbang), artinya pelanggar sumpah akan tidak pernah mendapatkan hidup yang baik selama hidupnya di dunia seperti yang diibaratkan nasib suatu pohon yang merana. Seperti yang berlaku pada peguruan beladiri manapun bahwa semenjak saat itu saudara seperguruan adalah seperti saudara sendiri. Di dalam istilah Minangkabau dikatakan bahwa saudara seperguruan itu saasok sakumayan (satu asap satu kemenyan) artinya dia adalah bagian dari diri kita dan berlaku hukum saling melindungi.
Prosesi ini tidak sama tiap sasaran, ada pula guru yang tidak meminta membawa apa-apa, dan tidak ada prosesi penerimaan murid, tapi kasus ini sangat langka, umumnya selalu ada prosesi penerimaan murid.
Jadwal Latihan
Guru menetapkan jadwal latihan silat dan biasanya malam hari. Murid boleh mengajukan waktu sepanjang guru tidak keberatan. Biasanya jadwal latihan malam hari. Ada sasaran silek yang membolehkan latihan sebelum jam 12 malam. Lebih dari itu dilarang oleh gurunya karena sang guru meyakini lebih dari jam 12 malam adalah waktunya inyiak balang (harimau), sehingga tidak boleh untuk bersilat lagi. Tapi ada pula yang malah sebaliknya, bersilat itu dimulai dari lewat jam 12 malam sampai jam 4 pagi. Biasanya dilakukan dua atau tiga kali seminggu.
Pada tingkat lanjutan untuk mengambil gerakan silek harimau (silat harimau), malah sang guru yang biasanya suka latihan lewat jam 12 malam ini meminta muridnya untuk belajar siang hari. Gerakan dari silat harimau ini tidak sebanyak gerakan silat yang biasa guru ajarkan.
Ada sasaran silek yang lebih "privat". Guru tidak suka punya murid banyak-banyak, paling-paling muridnya cuma 4 orang saja atau sepasang. Murid tunggal juga diterima, dan ini langsung bersilat dengan gurunya. Khusus untuk murid tunggal, guru harus memiliki stamina yang baik, karena harus ikut bermain dengan murid dari awal sampai akhir.
Para murid biasanya membawa makanan untuk dimakan bersama, juga rokok, kopi atau teh dan gula saat hari latihan. Ada juga yang menyertakan dengan uang. Nilainya tidak ditentukan, murid sendirilah yang menentukan berapa nilainya.
Aliran Silek Minangkabau
Ada banyak aliran yang berkembang di Ranah Minangkabau. Silat yang terkenal adalah Silek Tuo , Silek Buah Tarok dari Bayang - Pesisir Selatan, Silek Koto Anau, Silek Lintau, Silek Puti Mandi, Silek Luncua dari Solok, Silek Sitaralak/Terlak/Starlak, Silek Pauah dari Kota Padang dan bermacam-macam lagi. Asal usul dari aliran silat ini juga rumit dan penuh kontroversi, contoh Silek Tuo dan Sitaralak. Silek Tuo ada yang menganggap itu adalah versi silek paling tua, namun pendapat lain mengatakan bahwa silat itu berasal dari Tuanku Nan Tuo dari Kabupaten Agam. Tuanku Nan Tuo adalah anggota dari Harimau Nan Salapan, sebutan lain dari Kaum Paderi yang berjuang melawan Belanda di Sumatera Barat.
Gerakan silek itu diambil dari berbagai macam hewan yang ada di Minangkabau, contohnya Silek Harimau dan Silek Buayo (Buaya).
Jika dilihat dari beberapa gerakan silat yang berada di Minangkabau, ada pola-pola yang dominan di dalam permainan mereka, yakni:
• bersilat dengan posisi berdiri tegak
• bersilat dengan posisi rendah
• bersilat dengan posisi merayap di tanah
• bersilat dengan posisi duduk (silek duduak)
Sedangkan dari teknik berdirinya, juga pernah ditemui suatu langkah yang agak berbeda dengan langkah dari pemain silek lain yang pernah penulis saksikan, yakni salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang. Tuo Silek ini mengajarkan bermain dengan langkah bajinjek (agak berjinjit) seperti kucing mengincar mangsanya dan memiliki langkah anak (langkah anak). Langkah anak ini adalah langkah kecil yang dilakukan sebelum melangkah seperti langkah silat biasa. Langkah anak ini dibuat dengan tujuan untuk mengokohkan posisi baik dalam menyerang ataupun menyambut atau bertahan dari serangan lawan. Mungkin guru silek lain menggunakan dua cara melangkah ini, tapi mereka tidak menekankan teknik dua cara melangkah ini kepada muridnya.
Ada pertanyaan yang masih belum terjawab, yakni apa hubungan antara Silek Tuo dengan Sitaralak, dan apakah aliran silek yang paling tua dan apa pecahannya.
Konsep Silat Minangkabau
Meskipun berbagai macam aliran dalam silek Minang, namun ada kesamaan konsep dari gerakan silat mereka. Oleh sebab itu kita dapat membedakan antara silat dari Minangkabau dan silat dari daerah lain di kawasan Nusantara. Beberapa konsep dari silek Minangkabau itu adalah
1.    Tagak jo Langkah (Berdiri dan Langkah)
Ciri khas dari permainan silek adalah pola berdiri dan langkah. Tagak artinya tegak atau berdiri, dimana pesilat berdiri? Dia berdiri di jalan yang benar (tagak di nan bana), dia bukanlah seorang yang suka cari rusuh dan merusak tatanan alam dan kehidupan bermasyarakat. Di dalam mantera sering juga diungkapkan sebagai tegak alif, langkah muhammad. Di dalam permainan posisi berdiri adalah pelajaran pertama diberikan, posisi berdiri seorang pemain silat Minangkabau adalah tagak runciang (berdiri runcing atau berdiri serong) dan sedapat mungkin posisinya selalu melindungi alat vital. Kuda-kuda pemain silat harus kokoh, untuk latihan ini dahulunya mereka berjalan menentang arus sungai.
Langkah dalam permainan silek Minangkabau mirip dengan langkah berjalan, namun posisinya pada umumnya merendah. Posisi melangkah melingkar yang terdiri dari gelek, balabek, simpia dan baliak (Lihat penjelasan istilah ini pada Kurikulum).
Adapun pola langkah yang dipergunakan ada yang dinamakan
• langkah tigo (langkah tiga)
• langkah ampek (langkah empat)
• langkah sambilan (langkah sembilan) : untuk mancak (pencak)
2.   Garak jo Garik (Gerak dan Gerik)
Di dalam bersilat perlu sekali memahami garak dan garik. Garak artinya insting, kemampuan membaca sesuatu akan terjadi, contoh seorang pesilat bisa merasakan ada sesuatu yang akan membahayakan dirinya. Garik adalah gerakan yang dihasilkan oleh pesilat itu sebagai antisipasi dari serangan yang datang. Jika kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ia menjadi kurang pas, karena di dalam bahasa Indonesia, gerak itu adalah gerakan dan gerik adalah kata pelengkap dari gerakan itu. Sedangkan di dalam bahasa Minangkabau garak (gerak) itu adalah kemampuan mencium bahaya (insting) dan garik (gerik) adalah gerakan yang dihasilkan (tindakan).
3.   Raso jo Pareso (Rasa dan Periksa)
• Raso (Rasa)
Raso atau rasa diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu gerakan yang tepat tanpa harus dipikirkan dulu, seperti seorang yang mahir membawakan kendaraaan, dia pasti tidak berpikir berapa centimeter harus memijak rem supaya berhenti dengan tepat tanpa goncangan, tapi dengan merasakan pijakan rem itu dia dapat berhenti dengan mulus.
• Pareso (Periksa)
Pareso adalah kemampuan analisis dalam waktu yang singkat atau nalar. Di dalam pertempuran ungkapan pareso ini adalah kemampuan memanfaatkan sesuatu di dalam berbagai situasi pertempuran dalam upaya untuk memperoleh kemenangan. Misalkan, jika kita bertempur waktu sore, upayakan posisi jangan menghadap ke barat, karena akan silau oleh cahaya matahari.
Jadi antara raso dan pareso itu jalannya berpasangan, tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Kita tidak boleh terlalu mengandalkan perasaan tanpa menggunakan pikiran, namun tidak boleh pula berpikir tanpa menggunakan perasaan. Ada pepatah yang mengatakan raso dibao naiak, pareso dibao turun (Rasa di baik naik ke alam pikiran, periksa dibawa turun ke alam rasa). Demikianlah kira-kira maksud dari raso jo pareso yang diungkapkan oleh para guru silek.
4. Tiok Kato Ado Jawek, Tiok Gayung Ado Sambuiknyo (tiap kata ada jawab, tiap gayung   ada sambutnya)
Alam fikiran Minangkabau memiliki konsep berpasangan, ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pepatah yang memiliki isi kalimat berpasangan, contohnya manitiak dari ateh, mambasuik dari bumi (menitik dari atas, membersit dari bumi). Hal yang sama berlaku pada silek, setiap gerakan silat ada pemusnahnya, setiap kuncian ada teknik untuk melepaskannya, oleh sebab itu sepasang pemain silat yang mahir mampu bersilat terus menerus tanpa putus dengan mengalir begitu saja. Mereka baru berhenti kalau sudah letih atau capek. Hal yang sama juga terjadi pada peniup saluang, mereka bisa meniup alat musik itu tanpa putus-putus sampai kapan dia mau berhenti.
Atribut Peguruan
1.    Sasaran Silek (Tempat belajar bersilat)
Sasaran Silek adalah tempat latihan silat di Minangkabau, sasaran ini mungkin bisa disamakan artinya dengan padepokan. Tempat latihan ini ada yang sengaja dibuat oleh guru dan para muridnya atau disediakan oleh sukunya atau kadangkala sasaran ini dimana saja, seperti di dapur, di bilik, di gudang dan di tempat yang sepi yang jarang dilewati orang seperti di dangau dan di hutan.
2.  Minyak Silek (Minyak silat)
Biasanya di suatu peguruan silek memiliki minyak yang digunakan untuk keperluan pengobatan pada kasus terkilir selama latihan dan juga sekaligus simbol dari warisan sah suatu peguruan. Minyak itu diwarisi secara turun temurun dari generasi dahulu kepada generasi penerus. Minyak itu dinamakan minyak silek. Peguruan Silek Salimbado Buah Tarok, suatu sasaran penerus dari Silek asal Bayang Pesisir Selatan masih memelihara tradisi Minyak Silek ini. Peguruan itu memiliki minyak yang mereka wariskan semenjak ratusan tahun yang lalu dan minyak ini merupakan simbol dari peguruan tersebut. Para anak sasian (murid) yang baru masuk ada tradisi mandi minyak pada peguruan silat itu. Tidak semua peguruan memiliki tradisi ini.
3.    Pakaian
    Pakaian yang digunakan untuk silek adalah pakaian berwarna hitam. Hitam ini sendiri memiliki makna tahan tapo (tahan terpaan) dan tentu saja pakaian hitam ini lebih baik digunakan untuk silat dibandingkan dengan pakaian putih yang terlihat cepat kotor. Pakaian silek ini pisak-nya sangat rendah sehingga tidak memungkin pelaku silek menyepak terlalu tinggi, tinggi sepakan paling sampai alat vital lawan saja.
Tidak semua peguruan yang menuntut anak sasian atau murid mengenakan pakaian silek. Seorang tuo silek dari Pauh, Kota Padang malah tidak setuju, dia mengatakan bahwa silek yang dipelahari ini bukan untuk tarian, ini buat bertempur, jadi pakaian yang paling bagus dikenakan adalah pakaian yang biasa pakai sehari-hari.
4.    Atribut-atribut lain
Atribut-atribut lain tergantung dari sasaran sileknya sendiri, ada yang sasaran silek memiliki peralatan musik tradisional yang lengkap, ada yang tidak. Beberapa sasaran silek memiliki alat-alat yang dibutuhkan untuk latihan, seperti tongkat, pisau tumpul dan lain sebagainya, namun ada yang tidak memiliki apa-apa sama sekali. Saat sekarang, setelah mendapat pembinaan dari IPSI, tiap sasaran telah memiliki nama sendiri-sendiri, dan memiliki logo sasaran sendiri, namun itu tidak semua, ada juga sasaran yang tidak memiliki nama dan atribut khusus.
Kurikulum Silat Minangkabau
1.    Malangkah (Belajar Melangkah)
Melangkah adalah pelajaran dasar dalam silek. Belajar melangkah ini berpasangan, biasanya dimulai dengan teknik melakukan gerakan membentuk lingkaran, disertai gelek (merobah langkah), balabek (merobah gerakan tangan), tagak itiak (berdiri seperti itik atau bebek dengan hanya menggunakan satu kaki), babaliak (balik 180 derjat) dan simpia (gerangan guntingan pada kaki) . Kebanyakan murid tidak memahami arti pelajaran ini, sehingga mereka bosan, karena sudah berbulan belajar itu ke itu juga. Jika melangkah ini sudah mahir, maka akan mudah maambiak buah (mengambil buah), karena buah itu baru bagus digunakan jika langkah sudah pas dan benar. Kebanyakan pada tahap ini murid yang tidak sabar sudah berhenti duluan sebelum mendapatkan buahnya.
Ada bermacam cara berdiri di dalam silat, ada yang tinggi seperti berdiri, rendah seperti orang membungkuk dan ada sangat rendah. Posisi sangat rendah ini biasanya dipakai pada silat Harimau.
Meskipun tidak pada berlaku semua sasaran silek, pada tahap ini beberapa murid diajarkan beberapa kato atau manto (mantera) , contohnya
• kato palangkahan (mantera untuk mulai bersilat) yang bunyinya kira-kira : assalamu`alaikum bapakku langit / alaikum salam ibuku bumi / ijinkan aku melangkah di bumi Allah taala.
• doa mandi digunakan ketika mandi untuk menyegarkan diri yang bunyinya kira-kira : mandi nur, mandilah aku / mandi tubuh serta nyawa / mandi ruh, serta insan / aku mandi di dalam kandungan kalimah...
Tidak semua sasaran silek mengajarkan mantera. Ada sasaran silek yang menggunakan doa dalam bahasa Arab yang dikutip dari ayat Alquran atau doa-doa yang biasa dibaca oleh Nabi Muhammad SAW.
2.    Maambiak Buah (Mengambil Buah)
Maambiak buah ini berkaitan dengan pelajaran tentang teknik-teknik praktis di dalam bersilat atau buah silat, seperti tangkok (menangkap), ilak (mengelak), mangguntiang (gerakan menggunting) piuah (piuh atau pilin), mamatah (mematahkan peresendian), manyapu (sapuan), doroang (dorongan), enjo / egang / jujuik (tarik, menarik lawan dengan tangan), mangabek/mengunci (teknik kuncian), sudu (tusukan), daga (pukulan dengan bantalan telapak tangan biasanya untuk menyerang daerah rahang), dan bahkan memakai goyangan pinggul untuk melemahkan posisi tubuh lawan. Sadonyo anggoto tubuah iduik (semua anggota tubuh harus hidup dan bisa dimanfaatkan) begitu kata guru. Pada pelajaran maambiak buah, murid dituntun menggunakan nalar dan logikanya sembari mempelajari sifat-sifat fisik dari tubuh manusia dan dimana titik lemah dari tubuh itu sendiri, misalnya kalau didorong ke depan, maka lawan tidak jatuh, tapi kalau didorong ke belakang, lawan jatuh. Biasanya sasaran serangan silek itu adalah alat vital atau kelamin, rahang, mata, leher, tulang gagak, dan ulu hati.
    Untuk patah mematah, targetnya adalah siku-siku tangan, jari, siku-siku kaki. Untuk piuh (pilin/puter) targetnya adalah pergelangan tangan dan kaki. Dalam gerakan biasanya dilakukan kombinasi seperti dipiuh (pilin) dahulu baru kemudian dipatahkan. Alat vital memang sering menjadi sasaran empuk silek, oleh sebab itu pada awal belajar si murid diingatkan untuk menjaga posisi sedemikian rupa agar alat vitalnya terlindungi dengan baik. Tidak ada satu metodapun sampai saat ini yang membuat alat vital tahan dari pukulan kecuali yang diyakini belajar ilmu magis, sedangkan untuk hulu hati, orang yang sering latihan kebugaran dan otot perut biasanya ulu hati mereka lebih tahan terhadap pukulan.
Secara ringkas pelajaran yang bakal diperoleh oleh murid pada tahap ini adalah teknik mempergunakan kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya, seperti yang diuraikan dibawah ini:
1.    Teknik mempergunakan tangan
•    cucuak ciek jari (tusukan satu jari) : target serangannya lobang pada daerah leher
•    cotok duo jari (tusukan dua jari) : target serangannya mata
•    cakiak (cekik) : target serangannya leher
•    kalatiak (Kepret) : gerakan seperti menampar dengan mempergunakan kuku pada ujung jari
•    kepoh (tepis) : membelokkan serangan lawan dengan tangan sehingga tidak mengenai tubuh
•    siku (sikuan) : target serangannya tulang iga lawan
•    rangguik (renggut) : merenggut tangan, kaki, atau kepala lawan
•    doroang (dorong) : mendorong tubuh lawan
•    daga : menggunakan bantalan telapak tangan untuk menyerang rahang lawan
sudu (sodokan) : menggunakan empat jari yang dirapatkan dengan target serangannya ulu hati lawan
•    piuah (pilin) : memilin tangan, kaki, atau kepala lawan
•    sambuik (sambutan) : menyambut serangan lawan, biasanya diiringi dengan mematahkan anggota tubuh lawan
•    pakuak (bacok) : membacok dengan menggunakan sisi tangan sejajar kelingking target serangannya leher bagian belakang
•    patah (patahan) : teknik mematahkan jari, tangan dan kaki lawan
•    lapak (tamparan) : menggunakan dua tangan untuk menampar kedua telinga lawan
2.     Teknik mempergunakan kaki
•    sipak, simbek, gayuang (sepak): menyepak lawan, biasanya alat vitalnya. Kata gayuang itu  bisa juga dipergunakan untuk serangan yang menggunakan ilmu batin
•    hantam jo lutuik (hantam dengan lutut) : digunakan untuk menghantam kepala lawan atau perutnya
•    sapu (sapuan) : digunakan untuk menyapu kaki lawan
•    dongkak kudo atau sipak balakang (tendangan belakang) : tendangan berbentuk huruf
•    injak (injak): menginjak kaki lawan
•    hantam jo tumik (hantam dengan tumit) : menghantam ujung ibu jari kaki lawan dengan  memakai tumit.
3.    Teknik dengan menggunakan bagian tubuh lain
•    sondak (menggunakan kepala) : untuk menghantam dada, atau rahang lawan
•    gigik (menggigit lawan) : gigitan dimana saja yang didapatkan pada tubuh lawan.
•    goyangan pinggul : menggoyangkan pinggul, teknik ini juga digunakan pemain sepakbola untuk menjatuhkan lawannya
4.    Teknik kombinasi
•    mambantiang (membanting) : membanting lawan dengan mempergunakan tangan dan kaki
•    mangabek atau mangunci (kuncian) : mengunci lawan dengan mempergunakan tangan dan atau kaki
•    mambukak kabek dan mailak dari bantiangan (membuka kuncian dan mengelak dari bantingan) : memlepaskan diri dari kuncian biasanya mempergunakan langkah dan gerakan tangan. Tanpa menggunakan gerakan langkah yang baik, seseorang akan susah melepaskan diri dari kuncian. Di sinilah letak pentingnya kemahiran melangkah dalam pelajaran pertama yakni teknik malangkah.
Tujuan dari silek adalah mempertahankan diri dari serangan musuh seperti yang dikatakan oleh tuo silek, jadi sebagian teknik-teknik yang dipelajari tidak boleh digunakan di dalam pertandingan silat, karena berbahaya dan mencelakakan lawan tanding.
Pada tahap ini muridpun diberi semacam doa atau kato atau manto (mantera) oleh guru, misalnya mantera yang dipakai untuk menyambut atau untuk menyerang lawan, bisa juga mantera untuk membuat tubuh kita kelihatan lebih besar dan tinggi, sehingga lawan merasa takut dan sebagainya. Tiap sasaran silek punya manto atau doa tersendiri. Ada sasaran silek yang memakai doa yang diambil dari kutipan ayat Alquran, namun kebanyakan mantra itu berisi campuran antara doa dalam bahasa Arab dan Minangkabau. Ini menandakan bahwa pengaruh Islam sudah masuk ke dalam aspek beladiri masyarakat Minangkabau.
3.    Maambiak Isi (Mengambil Isi atau Mengambil Inti)
Bagian maambiak isi (mengambil isi) atau dikatakan juga maambiak inti (mengambil inti) adalah bagian yang paling sensitif untuk dibicarakan bahkan oleh sesama pesilat dari beda sasaran silek. Pada sesi ini murid tidak belajar bermain silat secara fisik, tetapi lebih kepada menanamkan suatu pemahaman atau konsep.
• Biliak Dalam (Bilik Dalam atau Kamar Khusus)
Istilah biliak dalam digunakan untuk menyatakan tempat belajar khusus tentang materi maambiak isi. Kata bilik dalam mengandung pengertian bahwa antara guru dan murid ada tempat dan atau saat khusus, meskipun tidak selalu di dalam bilik atau kamar atau ruangan khusus, malahan pada zaman dahulunya guru mengundang murid datang ke dangaunya di ladang atau di sawah pada saat-saat tertentu, bisa juga siang atau malam hari. Biliak dalam bisa juga diartikan sebagai tempat biasa latihan silat atau sasaran silek, namun hanya mereka yang akan diberi pelajaran ini yang diminta datang.
• Kaji (Materi Pelajaran di Biliak Dalam)
Materi atau kaji yang diajarkan oleh tuo silek antara satu sasaran silek dengan sasaran silek lain boleh jadi ada kesamaan materinya, namun juga terdapat perbedaan pendapat yang malahan tajam. Oleh karena itu, dalam tahap tertentu, membahas materi yang diberikan guru dengan murid dari sasaran silek lain sangatlah tabu untuk dibicarakan. Jadi jika tidak paham akan sesuatu, sebaiknya dipecahkan dulu sendiri, kemudian ditanyakan langsung ke guru atau ke orang yang telah dipercayakan oleh guru untuk memberikan penjelasan.
Salah satu dari materi pengajian ini adalah mangaji asa (mempelajari asal usul). Kita harus mengetahui asal usul diri. Dalam salah satu sasaran mengatakan bahwa manusia berasal dari Nur yang dipancarkan dari cahaya ilahiyah, oleh sebab itu posisi manusia sangat tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia yang diisi dengan Nur ini akan menjadi khalifah (berkuasa, pemimpin) di muka bumi dan dapat menundukkan sekalian isi alam. Semua unsur-unsur lain takluk di bawah Nur tadi.
Orang yang berbuat keonaran dan kejahatan menandakan unsur di dalam dirinya dipengaruhi kekuatan dari syaitan yang berasal dari api. Api bersifat negatif atau takluk dibawah kekuatan cahaya ilahiyah (nur). Para pesilat meyakini berbuat kebenaran akan mendapat kekuatan dari sang Pencipta. Benda tajam dari logam disebut sebagai sesuatu yang berasal dari air. Sekali lagi, air tidak akan memberikan pengaruh buruk terhadap manusia, jadi benda tajam itu tidak akan memberikan pengaruh buruk kepada diri pesilat. Di dalam pengajian ini, segala sesuatu yang datang kepada persilat, maka dia berupaya mangumbalikan ka asa (mengembalikan sesuatu ke asal kejadiaannya) semua serangan yangn datang kepada dirinya.
Beginilah bunyi salah satu mantera agar tidak celaka jika terkena senjata tajam.. “Hai sakalian basi, aku tahu asa engkau jadi, aia putiah rabbul alamin asa engkau jadi, kembalilah engkau ke asa engkau, aku kembali ke asa aku, Nur Allah asa aku jadi” (Hai sekalian besi, aku tahu asal engkau jadi, air putih rabbul `alamin asal engkau jadi, kembalilah engkau ke asal engkau, aku kembali ke asal aku, dari Nur Allah asal aku jadi).
Ada banyak lagi aspek-aspek dari sesi ini yang sampai saat sekarang di Minangkabau masuk ke dalam wilayah sangat sensitif untuk dibuka untuk publik. Di dalam pandangan beberapa guru silat, bahwa mereka yang membicarakan kajian ini di depan publik hampir sama dengan perbuatan membuka aurat kepada yang bukan muhrim.
Materi maambiak isi bisa saja tidak diberikan kepada murid, jika si murid hanya menyukai gerakan fisik saja untuk olah raga atau beladiri. Adakalanya si murid tidak berminat mengambil materi ini karena tidak ingin terlalu dalam berfilosofis atau tidak ingin salah cerna pengetahuan yang diberikan guru yang disebut sebagai tabaliak kaji. Meskipun sangat jarang terjadi, tabaliak kaji bisa berakibat fatal bagi perkembangan psikis murid karena bisa menyebabkan gila. Guru silek adakalanya enggan memberikan materi ini kepada murid dengan alasan belum cukup umur atau akibat perilaku kurang baik yang diperlihatkan oleh murid selama dalam asuhan guru silek.
4.    Ujian
Secara tradisional guru melihat tingkatan murid dari kemampuan mereka mempergunakan gerakan-gerakan dasar silat seperti pada point 2. Guru akan melihat bagaimana keahlian murid mempergunakan keahlian itu untuk manyambuik (menyambut) serangan, mambaleh (menyerang), mangunci (mengunci) atau malapehkan kuncian/kabek (melepaskan kuncian) lawan tandingnya. Gerakan dasar akan diterima oleh setiap murid, namun pada tingkat lanjutan, siapa yang pintar mempergunakan nalarnya dalam bersilat maka dia akan bisa menggunakan gerakan silat dengan tepat dan benar.
Kemahiran bersilat bisa diukur dengan kemampuan murid di tempat-tempat sebagai berikut:
• Bersilat di tempat lapang
• Bersilat di tempat sempit
• Bersilat dalam posisi apapun (duduk, berbaring)
• Penguasaan menghadapi serangan memakai senjata tajam dan tongkat
• Bersilat di tempat yang licin (di atas tanah liat yang disiram air atau di atas batu licin di sungai)
• Bersilat di tempat yang kurang cahaya atau gelap sama sekali
• Bersilat dengan harimau (ujian terakhir)
Tuo Silek ada yang meyakini bahwa silek ini milik inyiak balang (harimau), setiap kali silek ini diadakan jika memakai gerakan harimau, maka harimau itu akan datang menyaksikan sendiri silat itu, dan bahkan harimau itu bisa bergabung dengan pemain silat. Untuk menghindari itu, silek dilakukan di tempat yang tertutup. Ujian terakhir dilakukan dengan bermain silat langsung dengan inyiak balang (harimau). Tapi keyakinan ini tidak dianut oleh semua guru, ada pula guru yang mengatakan bahwa ilmu silat tidak berkeputusan , artinya tidak ada istilah tamat dalam belajar, keputusan kaji kata beliau ada jika kita belajar ilmu batin.
Sistim sabuk diperkenalkan pada sasaran silek setelah adanya bimbingan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) kepada guru silat tradisional. Maka semenjak itu dikenal adanya istilah sabuk. Warna dari sabuk itu sendiri seperti sabuk putih, biru, hijau sampai hitam, diberikan berdasarkan kemahiran murid pada level tertentu. Silek tradisional tidak mengenal istilah sabuk. Mereka mengukur murid berdasarkan kemahiran murid di dalam latihan seperti yang disebutkan di atas. Murid yang mahir akan menjadi tangan kanan guru untuk mengajar murid-murid pada tingkat pemula.
5.    Kaputusan Silek (Keputusan Silat)
Umumnya sasaran silek itu memiliki istilah tamat belajar, kecuali seperti yang dikatakan oleh salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang. Pada masa tamat belajar biasanya guru memberikan sesuatu kepada muridnya tergantung kepada sasaran itu sendiri, ada yang memberikan semacam mantera penutup, ada pula keputusan kaji silek itu hanya berupa beberapa kata kunci atau bahkan cuma nasehat saja dari guru.
Ada sasaran silek yang melakukan badah ayam (bedah ayam). Ayam dipotong seperti biasa, kemudian ayam tersebut diperiksa jantungnya dan ditunjuk satu titik tertentu di ujung jantung, kalau mau melepaskan gayuang kata sang guru, tembaklah ujung jantung ini pada lawan. Dan untuk melepaskan gayuang itu, si murid diberi kato atau manto (mantera). Gayuang (gayung) adalah kemampuan untuk merusak jantung orang lain atau bagian dalam tubuh orang lain dengan menggunakan kekuatan batin. Gayuang ini hanya boleh dipakai ketika sudah tidak ada pilihan lagi dalam upaya mempertahankan hidup.
Namun hal yang pasti dari seseorang mendapatkan kato kaputusan (kata putus atau tamat) ini adalah dia bisa mengajar orang lain dan membuka sasaran silek lain di bawah restu guru, artinya dia dianggap resmi sebagai guru baru dan memiliki wewenang mengajarkan ilmu yang sama dalam jalur waris yang sah.
Beberapa aliran dan perguruan silek minang yang berasal dari Minangkabau;
1.    Silek Tuo; Aliran silat yang dianggap paling tua yang turun dari daerah Pariangan, Padang Panjang, tapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa silat ini mulanya dikembangkan oleh Tuanku Nan Tuo, salah seorang anggota Harimau Nan Salapan atau golongan paderi. Jika pendapat ini diterima, maka "Silat Tuo" di Minangkabau terinspirasi dari gerakan binatang seperti harimau, buaya dan kucing.
2.    Silat Bungo - salah satu aliran silat Minang yang menekankan gerak pada aplikasi seni pencak silat, silat ini bukan untuk bertempur, melainkan untuk peragaaan di acara-acara adat atau acara formal lain.
3.    Silat Sitaralak, Sterlak, Starlak - aliran silat keras dan kuat dari Minangkabau, dikembangkan oleh Ulud Bangindo Chatib (1865) dari Kamang (dekat Bukittinggi), Kabupaten Agam, berkembang sampai ke wilayah Sawahlunto. Ada pendapat yang mengatakan bahwa aliran ini dirancang untuk menghadapi gerakan Silat Tuo. Gerakan Silat Tuo terinspirasi dari gerakan-gerakan binatang seperti harimau, kucing, dan buaya. Karakter khas silat jenis ini adalah menyerang disaat lawan akan menyerang. Silat ini menyebar dan berkembang di Malaysia dan terus ke Amerika.
4.    Silat Kumango - salah satu aliran silat di Minangkabau yang dikembangkan oleh Syeikh Kumango, dari nagari Kumango, Batusangkar, Kab. Tanah Datar
5.    Silat Kota Anau - aliran silat daerah Koto Anau, Solok yang merupakan daerah pertahanan Minangkabau di masa dahulunya yang menghubungkan antara Pagaruyung sebagai pusat kerajaan dan Bayang, Pesisir Selatan .
6.    Silat Pauah (Pauah) - aliran silat di Minangkabau yang berasal dari kampung Pauah, Kota Padang. Silat ini adalah silat termuda dan ada yang menganggap merupakan sari atau kompilasi (gabungan) dari hampir semua aliran silat yang ada di Minangkabau, silat ini khusus untuk berperang, sebab di Pauah, Padang merupakan salah satu basis perjuangan masyarakat Minangkabau melawan penjajah di masa dahulunya.
7.    Silat Harimau - salah satu aliran silat di Minangkabau yang menekankan pada permainan bawah.yang terinspirasi dari gerakan2 harimau yang cepat,tepat dan kuat untuk melumpuhkan musuhnya.
8.    Silat Buayo (Buaya) - aliran silat di Minangkabau yang terinspirasi dari gerakan buaya, bermain rendah, aliran ini berkembang di Pesisir Selatan.
9.    Silat Pangian - awalnya berasal dari wilayah Lintau dan sekitarnya yang dimiliki petinggi kerajaan Minangkabau. Silat ini berkembang di rantau Minangkabau, Kuantan, Propinsi Riau
10.    Silat Duduk - salah satu aliran silat yang menekankan bermain silat dalam keadaan duduk atau rendah, namun silat duduk bisa juga memiliki pengertian lain, bahwa di sini murid tidak berlatih silat secara fisik, namun mengembangkan nalar dan logika.
11.    Silat Sabandar - adalah silat yang berasal dari daerah Pagaruyung, Sumatera Barat, namun dikembangkan di Kampung Sabandar, Karangtengah, Cianjur.
12.    Silat Buah Tarok - salah satu aliran silat di Minangkabau yang berasal dari Bayang, Pesisir Selatan. Salah satu peguruannya ada di Aur Duri Padang dengan nama peguruan Salimbado-Buah Tarok, dibawah asuhan Emral Djamal Datuak Rajo Mudo. Silat Buah Tarok ini dikenal juga dengan Silek Sitaralak Baruah oleh masyarakat di kawasan Maninjau yang dahulunya diajarkan oleh Udo Tunang.
13.    Silat Pakiah Rabun - berkembang di daerah Alam Surambi Sungai Pagu (lihat Silat Luncua)
14.    Silat Gajah Badorong - berkembang di wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjuang.
15.    Silat Luncua (Luncur)- yang dikembangkan oleh Pakiah Rabun berkembang di daerah Alam Surambi Sungai Pagu, Kabupaten Solok.
16.    Silat Gaib - suatu aliran silat yang bisa memainkan gerakan silat milik peguruan orang lain darimana saja.
17.    Silat Sunua - dari dari Pariaman
18.    Silat Ulu Ambek dari dari daerah Pariaman.
19.    Silat Tiang Ampek, termasuk silat tuo yang berkembang keluar dari Batipuah, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar waktu perang Batipuah melawan Belanda setelah perang paderi. Berkembang dulunya di Palembayan, simpang Batuhampar, Piladang, Tanjuang Alam- Agam, Sumarasok, Padang Tarok, Tanjuang Alam-Tanah Datar dan Tabek Patah. Silat tuo ini waktu pengembangan banyak disurau-surau yang guru-guru tuanya pengikut tarikat  (satariah ??? belum pasti, tetapi di dalam doa/tawasul, mereka menyebut Syech Burhanudin/Aba Burhan ) Silat ini bukan silat yang indah gerakannya tetapi silat praktis.
Didaerah-daerah yang tersebut diatas cara-cara pengajarannya berbeda-beda;
•    ada yang silat saja yang urutan-urutannya tergantung guru mengajar , dan
•    ada yang diajarkan dikalangan terbatas dengan pelajaran selain silat ,juga agama, adat,pengobatan. silat ini diajarkan sesudah bulan Ramadhan istrahat sebelum Ramadhan (7 x 40 hari atau 9 bulan 10 hari).
Silat dengan cara ke dua diatas itu sendiri ada 4 tingkatan:
     Maapa langkah jo sambuik (menghapal langkah dan sambut).
     Manyambuang langkah jo sambuik (menyambung langkah dan sambut)
     Bagaluik. (gelut)
    Maambiak raso (mengambil rasa, kira-kira sama dengan silat ghaib) tingkat empat ini babiliak ketek (murid terpilih diajar khusus) dalam ilmu bathin (gumam bathin). Saat ini perguruan ini sudah jarang terdengar karena umumnya tumbuh dilingkungan terbatas.
20.    Silat Balubuih, Silat yang dikembangkan oleh Syech Balubuih dinegri Balubuih kabupaten Lima Puluh Kota. Syech Balubuih dan Syech Kumango pernah sama-sama menimba ilmu agama dan tarikat kepada Syech Abdurahman di Batu Ampar kabupaten Lima Puluh Kota (dulunya dinamakan Luhak Lima Puluh Koto).
21.    Silat Sungai Patai, Silat yang berkembang di Nagari Sungai Patai Tanah Datar.
22.    Silat Lintau, Berasal dari daerah Lintau Buo Kab.Tanah Datar, Sumatera Barat. Silat ini merupakan silat yang terkenal di Minangkabau, dengan dasar Lahkah Ompek (Langkah Empat) dan ada juga dengan Langkah Duo Boleh(Dua Belas). Silat lintau memili guru silat di hampir 9 koto (daerah) di lintau yang masing-masingnya memiliki gaya tersendiri namun tetap berdasarkan langkah yang sama.
23.     Silek Cupak Mak Danin Capek , Merupakan aliran silek yang di kreasikan oleh bapak Danin malin Marajo, dari beberapa aliran silek minang yang beliau kuasai seperti silek langkah tigo, silek tuo, silek sitaralak,silek kuciang,silek kinari,silek kunci,silek langkah ampek,silek galombang dan beberapa silek yang lainnya.
24.    Silek Sigurindik dari Agam
25.    Silek Sicabiak kafan
26.    Silek balam
27.    Silek Gayuang silacuik jantan
28.    Silek Gayuang Silacuik batino
29.    Silek Rantau
30.    Silek Pangiran dari padang pariaman
31.    Silek Paninjauan jantan
32.    Silek Paninjauan batino
33.     Silek Pasie
34.    Silek Usali
35.    Silek Alif
36.    Silek Lamo
37.    Silek Baru
38.    Silek Buayo Lalok
39.     Silek Ilau dari Sawah Lunto
40.    Silek Palimo parang
41.    Silek Kunci dari sawah lunto
42.    Silek Harimau Minangkabau
43.    Silek Harimau Bayang
44.    Silek Harimau Pasaman
45.    Silek Harimau Cupak
46.    Silek Harimau Bulueh
47.    Silek Beruang Agam
48.    Silek Tilatang Kamang
49.    Silek Kuciang
50.    Silek Tupai
51.    Silek Puti Mandi
52.    Silek Induek baruek
53.    Silek Induek Ayam
54.    Silek Kinari jantan
55.    Silek Kinari batino
56.    Silek Alang
57.    Silek Bayang
58.    Silek kisamandi
59.    Silek Gulo-gulo tareh
60.    Silek Baruah
61.    Silek Pangian jantan
62.    Silek Pangian batino
63.    Silek Agam
64.    Silek Taram
65.    Silek Maninjau
66.    Silek Kamang
67.    Silek Langgai
68.    Silek Banda sapulueh pasisie
69.    Silek Natal/Silek Natar
70.    Silek Tapakih
71.    Silek Lubuek jantan
72.    Silek Langkah ampek
73.    Silek Langkah tigo
74.    Silek Langkah ciek
75.    Silek langkah sambilan
76.    Silek Langkah duo baleh
77.    Silek Galombang
78.    Silek Darah
79.    Silek Bungo
80.    Silek Sungai Pagu
81.    Dll

Sejarah Kung Fu Wing Chun Asal Mula Kung Fu Wing Chun



Ketika Cina dijajah oleh bangsa Manchuria (Dinasti Ching), yaitu saat Kaisar Yung Cheng1 berkuasa (1723-1736), terjadi peristiwa dibakarnya Kuil Shao Lin, yang berada di Gunung Sung, Propinsi Honan. Peristiwa tersebut terjadi sekitar 300 tahun yang lalu.

Saat itu pemerintahan Manchuria takut akan perkembangan kung fu di Kuil Shao Lin yang semakin lama semakin kuat. Pemerintah kemudian mengirim pasukan untuk menyerang kuil ini. Serangan demi serangan selalu mengalami kegagalan. akhirnya Kuil Shao Lin dibakar secara diam-diam. Banyak penghuni Shao Lin yang mati terbakar. Tetap tidak semuanya mati, beberapa berhasil lolos dari peristiwa ini, di antaranya adalah Pendeta Wanita Ng Mui, dan juga beberapa orang murid, yang paling terkenal di antaranya adalah Hung Hay Kwun (Hung Si Kuan), Fong Sai Yuk (Fang Se Yu), Luk Ah Choy, dan lain-lainnya. Kelima pendeta/master ini adalah lima guru yang mewakili lima gaya kung fu Shao Lin.

Pendeta Wanita Ng Mui adalah satu-satunya master wanita dari Shao Lin. Ng Mui pergi berkeliling Cina, kemudian menetap di Kuil Bangau Putih yang terletak di gunung Tai Leung (juga disebut gunung Chai Ha), di antara propinsi Yunnan dan Sze Chuan. Ia berkonsentrasi mendalami Zen Buddhisme, dan juga ilmu kung fu. Ng Mui, seperti juga yang lainnya, tidak pernah melupakan pengalaman pahit peristiwa kebakaran dan pengkhianatan di Kuil Shao Lin. Ia juga khawatir akan pengejaran yang dilakukan oleh para pengkhianat dan pasukan pemerintah Manchuria. Ia sadar akan kesulitan yang akan dialaminya jika suatu saat bertemu dengan para pengkhianat yang juga telah menguasai ilmu bela diri Shao Lin tersebut. Ia sadar bahwa pengetahuan teoritis bela dirinya sejajar dengan mereka, dan suatu saat kemampuan fisiknya akan kalah dengan para pengkhianat yang jauh lebih muda darinya. Untuk mengatasi hal ini, cara satu-satunya adalah dengan menciptakan sebuah teknik bertarung baru yang mampu mengatasi teknik-teknik bertarung Shao Lin.

Suatu saat Ng Mui menyaksikan pertarungan antara seekor rubah dan seekor bangau. Rubah itu berjalan mengitari bangau mencari kesempatan untuk menyerang, sementara bangau diam di tengah dan berputar-putar untuk menghadapi rubah. Setiap kali rubah menyerang dengan cakarnya, bangau menghalau dengan sayapnya dan pada saat yang sama balik menyerang dengan paruhnya. Rubah tersebut memanfaatkan kelincahannya untuk menghindar dan menyerang tiba-tiba dengan cakarnya. Perkelahian ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama hingga Ng Mui mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan teknik pertarungan baru. Ng Mui berkonsentrasi untuk menyesuaikan gerakan cakar rubah dan sayap bangau menjadi gerakan manusia. Akhirnya Ia berhasil menciptakan satu set gerakan tempur yang tetap mempertahankan gerakan rubah dan bangau tetapi telah disesuaikan menjadi gerakkan  manusia.

Gerakan kung fu Shao Lin terlalu rumit untuk Ng Mui, terlebih lagi dalam gaya Shao Lin, banyak gerakan yang memiliki pose menarik dan nama yang indah, tetapi dalam pertempuran yang sesungguhnya tidak dapat dipraktekkan.  Dalam teknik barunya ini ia menitikberatkan pada kesederhanaan gerak dan keanekaragaman kegunaan. Hal ini cukup menyimpang dari teknik-teknik Shao Lin. Jika pada Kung Fu Shao Lin sepuluh set atau lebih gerakan, satu dan lainnya hanya berbeda sedikit, dalam Sistem baru ciptan Ng Mui ini hanya terdiri dari beberapa gerakan sederhana yang digabungkan, dan setelah mengalami beberapa perbaikan dan penyempurnaan, dibagi menjadi tiga jurus  dan satu set gerakan berlatih menggunakan "orang-orangan kayu". dalam teknik baru ini, setiap gerakan adalah gerakan tempur yang sesungguhnya dan sangat praktis. Sudah tidak ada lagi gerakan-gerakan dan pose-pose indah yang hanya berguna untuk menarik perhatian.

Perbedaan lainnya adalah dalam teknik Shao Lin terlalu banyak menekankan latihan fisik. Seorang murid harus berlatih kuda-kuda yang kuat selama beberapa tahun sebelum ia dapat melanjutkan ke pelajaran selanjutnya. Dalam teknik barunya, Ng Mui lebih menekankan penggunaan metode dalam mengalahkan musuh daripada dengan menggunakan kekuatan. Memang dalam metode ini perlu juga melatih kekuatan, tetapi dalam pertempuran yang sesungguhnya, yang terpenting adalah menerapkan metode yang tepat untuk masing-masing keadaan, dan juga untuk masing-masing lawan. Untuk keperluan ini, para pengikut akan dibekali dengan beragam teknik gerakan tangan, kuda-kuda, dan gerak langkah yang fleksibel.

Yim Wing Chun

Yim Wing Chun adalah penduduk asli propinsi Kwang Tung. Setelah ibunya meninggal, ia tinggal berdua dengan ayahnya, Yim Yee. Sejak kecil ia telah dijodohkan dengan Leung Bok Chao, seorang pedagang garam dari propinsi Fu Kien (Hok Kian). Sebagai murid Shao Lin, Yim Yee berusaha menggunakan kung fu-nya untuk menegakkan keadilan. Dengan demikian ia sering terlibat dalam urusan pengadilan. Agar tak ditangkap, ia mengajak anak perempuannya melarikan diri ke perbatasan antara propinsi Yunnan dan Sze Chuan dan menetap di kaki gunung Tai Leung. Mereka hidup dari hasil penjualan tahu di pasar.

Ada seorang preman lokal bermarga Wong yang terkenal bertabiat buruk. Karena kemampuan kung fu-nya dan juga karena tangan hukum begitu lemahnya di daerah terpencil ini, ia ditakuti oleh penduduk setempat. Karena tertarik dengan kecantikan Yim Wing Chun, ia mengirimkan perantara untuk melamar gadis ini, dengan ancaman jika ditolak, ia akan memaksa Wing Chun menikahinya. Ayah Wing Chun sudah tua dan Wing Chun sendiri adalah gadis yang lemah. Oleh karena itu mereka sangat khawatir dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Sementara itu, Pendeta Wanita Ng Mui, yang tinggal dekat desa ini, sering mengunjungi pasar desa. Setiap kali ia lewat di kios tahu Yim Yee, ia selalu mampir dan berbelanja. Dengan demikian, mereka menjadi saling mengenal. Suatu hari, saat ia berbelanja, ia memperhatikan ada sesuatu yang tidak biasa pada ekspresi ayah dan anak ini. Ketika ditanyakan, mereka menceritakan masalah tersebut kepada Ng Mui. Pengakuan ini membangkitkan kembali rasa keadilan dalam diri Ng Mui yang sudah lama dipendam. Ia memutuskan untuk membantu Yim Wing Chun, tetapi tidak dengan melawan Wong, suatu hal yang pasti dilakukannya sebelum mengundurkan diri. Alasannya adalah bahwa ia tidak ingin menunjukkan identitas aslinya sebagai pendekar Shao Lin, dan juga karena tidak layak baginya, sebagai seorang ahli bela diri terkenal dari Shao Lin, bertarung melawan preman tak ternama dari sebuah desa terpencil. Ia memutuskan untuk mengajari teknik bela diri ciptaannya kepada Yim Wing Chun. Bagi Wing Chun sendiri, ilmu bela diri bukan sesuatu yang aneh, karena ayahnya adalah murid Shao Lin. Selama ini Wing Chun merasa belum perlu mempelajari ilmu ayahnya. Kini dengan panduan Ng Mui, sang master wanita dari Shao Lin, dan juga karena kepandaian dan kerja kerasnya, ia berhasil menguasai teknik ini dalam waktu tiga tahun.

Pada suatu hari Ng Mui memberitahu bahwa Wing Chun sudah menguasai semua teknik-teknik ciptaannya dan diperbolehkan kembali ke rumah ayahnya dan menyelesaikan masalah dengan Wong. Sekembalinya ia ke rumah ayahnya, preman tersebut mulai menggodanya lagi. Kali ini Wing Chun menantangnya berkelahi. Wong terkejut, tetapi menerima tantangan ini. Ia sangat yakin dapat mengalahkan Wing Chun dan menikahinya, tetapi dalam pertarungan tersebut ia dikalahkan oleh Wing Chun. Sejak saat itu, Wong tak berani lagi mengganggu Wing Chun. Setelah peristiwa ini, Wing Chun terus berlatih teknik ini, tetapi Ng Mui merasa kehidupan di kaki gunung Tai Leung terlalu monoton dan pergi berkelana. Ia berpesan pada Wing Chun untuk menjaga peraturan Shao Lin dan berhati-hati dalam meneruskan teknik ini agar tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tak pantas

Yim Wing Chun akhirnya menikah dengan tunangannya Leung Bok Chau. Ia berhasil menurunkan teknik yang dipelajarinya dari Ng Mui ini kepada suaminya. Leung Bok Chao sendiri pernah mempelajari bela diri, dan rajin berlatih di waktu senggangnya. Setelah pernikahan mereka, Wing Chun sering berdiskusi dengannya tentang teknik-teknik pertarungan. Awalnya ia meremehkan Wing Chun, karena menganggap Wing Chun adalah wanita yang lemah. tetapi Wing Chun berhasil memperoleh kesempatan untuk berlatih dengan suaminya dan berhasil mengalahkannya setiap kali mereka berlatih. Leung Bok Chao pun akhirnya sadar bahwa Wing Chun bukanlah seorang wanita lemah, tetapi seorang ahli seni bela diri. Sejak saat itu ia mengagumi teknik istrinya dan sering berlatih berdua. Ia menyebut teknik ini "Wing Chun Kuen" untuk menghormati istrinya. dari namanya ini lah maka dikenal nama Wing Chun Kung Fu.

SEJARAH BELADIRI WING CHUN (CHINA) topak.petok

ip man 2

Wing Chun adalah sebuah bentuk seni bela diri yang sangat unik, spesialisasi pada pertarungan jarak dekat, memakai pukulan cepat dan tendangan dengan pertahanan yang ketat serta ketangkasan gerak kaki untuk mempercepat gerak maju. Wing Chun yang efektif dapat dicapai dengan kordinasi antara serangan dan pertahanan yang serentak dan serangan balik. Dari hal tersebut Wing Chun menjadi suatu ilmu bela diri yang baik dalam hal pertahanan diri.

Seorang murid harus belajar untuk mengantarkan jumlah energi yang tepat dengan keadaan santai. Guru Wing Chun yang baik akan mengajarkan muridnya untuk mengatasi keadaan dengan mengatur posisi dan mengelak daripada menghadapi langsung. Gaya Wing Chun meliputi tendangan, menangkis, serangan beruntun, tinju, menjebak dan mengontrol teknik sebagai bagian dari pertarungan itu sendiri.

aplication wing chun
Kuda Kuda
Kuda-kuda (English :Stance) dianggap sebagian besar praktisi beladiri modern sebagai sesuatu yang kuno dan kurang berguna, namun sebenarnya banyak aspek yang terkandung di dalam latihan kuda-kuda. Kuda-kuda dalam beladiri internal adalah aspek Di (Bumi), dalam teknik tenaga dalam kuda-kuda sangat dibutuhkan dalam aspek Tenaga Bumi. Latihan Kuda-kuda banyak fungsinya, asalkan kita mengetahui dengan jelas bagaimana kondisi Kita saat melakukan Kuda-kuda.

Cara yang paling gampang adalah visualisasi energi Chi kita sebagai Cahaya Putih. Kalau kita ingin memperkuat Kaki kita, lakukan aliran Chi ke Kaki, begitu juga kalau mau ke tangan. Kalau ingin memencarkan Chi ke seluruh tubuh, maka lakukanlah pernapasan biasa, dan tahan di Dan Dian (pusat energi Chi, terletak 3 jari tangan kanan di bawah pusar ) lalu sebarkan ke seluruh tubuh.

Kuda-kuda yang dilakukan yang banyak ditentang oleh praktisi modern adalah efektivitasnya dalam pertarungan. Pertarungan maupun teknik beladiri mengalami banyak sekali perubahan dan transformasi serta evolusi. Dimana dulu pertarungan memakai tenaga, sekarang lebih ke teknik. Banyak praktisi beladiri konservatif yang selalu mempertahankan bentuk kuda-kuda saat mereka Fighting. hal ini mempengaruhi efektifitas dan efisiensi gerakan mereka sendiri. Dimana sekarang standing style dari kebanyakan beladiri lebih fleksibel daripada pemakaian kuda-kuda.

Seperti salah satu evolusioner Kungfu Wing Chun, Alm. GM. Bruce Lee ( Lee Siao Lung ) pernah menganalisa berbagai beladiri. tercatat beberapa beladiri dianalisa beliau dan diimplementasikan serta diokulasi ke dalam Wing Chun yaitu Taekwondo, Karate Kempo, Jujutsu, Thai Chi, FMA, dll. Menurut Beliau, Kuda-kuda besar, akan menghasilkan tenaga yang besar, namun kecepatannya akan melambat. Begitu juga kuda-kuda yang kecil akan menghasilkan tenaga yang kecil, namun cepat. kuda-kuda bentuk sedang yang diajarkan Beliau adalah hasil analisa terbaik menurut beliau.

Kuda-kuda dalam Wing Chun disebut juga kuda-kuda San Zhan ( atau Kuda-kuda Gunung) atau dalam bahasa Jepang disebut San Chin Daiichi. Pelatihan pertama adalah latihan Kuda-kuda tetap. Dalam teknik ini, dilatih kekuatan jari kaki, telapak Pisau kaki , samping kaki, paha, tulang belakang, tulang ekor, kestablian, serta kordinasi otot. Kuda-kuda ini kalau latihan digenjot akan meningkatkan teknik flesiblelitas teknik langkah, sehingga badan semakin ringan.

Ada 3 macam pergeseran kuda - kuda dalam wing chun (mandarin : Hang Ma) diantaranya :

1. Hang Ma di tempat ( One Spot Body Movement Step )

Pada style ini, Hang Ma menitik beratkan pada salah satu titik di salah satu kaki. dimana pusa pergeseran paling besar adalah di pinggang. pada Hang Ma ini, sangat ditekankan pada rotasi pada pinggang. Hang Ma ini sangat berguna pada pertarungan, dimana kita bisa langsung memutar badan ke arah lain tanpa bertukar tempat. Contoh, saat kita sedang menghadapi lawan di sebelah kiri, maka jika ada penyerang dari sebelah kanan, kita langsung beralih ke sebelah kanan, begitu juga saat posisi depan dan belakang.

2. Hang Ma maju dan mundur satu kaki ( Same Leg Body Movement Step )
Pada style ini, kita bisa bergerak dalam kondisi menyerang, dimana seperti style pada beberapa macam beladiri, waktu kita maju, kaki depan maju dahulu, waktu mundur, kaki belakang mundur duluan, waktu ke kiri, kaki kiri duluan, dan waktu ke kanan, kaki kanan duluan.

3. Hang Ma Ganti Kaki ( Change Leg Body Movement Step )
Pada style ini kita bisa bergerak menyerang, bertahan ataupun melakukan serangan sembari bertahan. Sebenarnya masih ada satu lagi posisi kaki, yaitu posisi berdiri satu kaki, namun kebanyakan posisi ini hanya untuk latihan atau pun pada posisi tertentu. latihan posisi ini sangat berguna saat bertarung di tempat yang tidak rata. aplikasi latihan ini akan bermanfaat saat kita melatih teknik kedua yaitu Chum Kiu dan latihan tenaga Biu Gee.

Wing Chun memiliki banyak cabang karena biasanya masing - masing guru mempunyai beberapa murid yang akhirnya menyebar ke penjuru dunia. Begitu juga halnya dengan Leung BokChao memiliki tiga orang murid yaitu Leung Yeetai, Wong Wahbo dan Dai Fa Minkam.

Cabang - cabang Wing Chun yang ada diantaranya :

* Ip Man
* Yiu Kai
* Jiu Wan
* Gulao (Desa Koo Lo)
* Pan Nam
* Yuen Kay-San
* Nguyễn Tế-Công (Wing Chun Vietnam 永春)
* Keluarga Cho
* Hung Fa Yi / Hung Suen Wing Chun Kuen
* Pao Fa Lien
* Fut Sao (Tangan Buddha)